.Diksi atau Pilihan Kata
A. Pengertian Diksi
Diksi
adalah pilihan kata untuk mengungkapkan
gagasan (Zaidan, Abdul Rozak et al,
2000:58). Sedikit sama dengan pengertian sebelumnya, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) memandang diksi sebagai pilihan kata yang tepat dan
selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan hingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan) (2003:264). Kedua pengertian tersebut
membimbing kita dalam memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata, yakni: (1) kata yang
dipilih harus tepat. Hal ini dapat diartikan bahwa kata yang dipilih harus
dapat mengungkapkan gagasan yang akan disampaikan; (2) kata yang dipilih lazim
digunakan. Kelaziman penggunaan kata dalam suatu komunitas dan keadaan akan
menghindarkan kata itu dari karancuan makna; (3) secara fisik, kata itu benar.
Poin ini lebih menyorot kepada pembentukan kata itu sendiri. Apakah kata itu
sudah sesuai dengan EYD, khususnya pada penggunaan unsur serapan. Pilihan kata
merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam lisan maupun tulisan.
Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita
tidak dapat lepas dari kamus. Kamus dapat memberikan suatu ketepatan kepada
kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, ketepatan makna yang
diperlukan.
Kata
yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan cepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan tempat
penggunaan kata-kata tersebut. Diksi juga berkaitan dengan makna denotatif dan
makna konotatif. Makna denotatif adalah makna kata sebenarnya yang bersifat
langsung dan lugas, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang tidak
sebenarnya yang bersifat tidak langsung, implisit, ambigu, dan menyiratkan
nilai rasa.
Kata kursi, makna denotasinya tempat duduk, makna
konotasinya jabatan.
Tempat basah, makna denotasinya pengairan, sungai,
atau laut, makna konotasinya jabatan yang relatif mudah mendatangkan uang.
Selain penggunaan makna denotasi dan konotasi,
pilihan kata juga perlu menggunakan kata-kata tertentu yang maknanya umum dan
kata-kata tertentu yang maknanya khusus. Kata umum adalah kata yang banyak
diterapkan untuk berbagai hal yang maknanya mencakupi keseluruhan hal yang
bersangkutan. Sedangkan kata khusus adalah kata yang diterapkan untuk hal
tertentu yang maknanya mengacu hanya pada hal yang bersangkutan. Selain itu,
diksi juga menyangkut pilihan kata yang maknanya sinonim, homonim, ungkapan,
dan idiom. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan dan ucapanya
berbeda, tetapi maknanya sama. Homonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan
dan ucapannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
- Dalam hierarki jabatan struktural di universitas
kedudukan ketua jurusan berada di bawah dekan
- penonton dibuat tegang ketika dalam kedudukan
14-13.
Ungkapan adalah kata bentukan baru atau gabungan
kata yang mempunyai makna baru.
Contoh:
- pejabat yang terlibat kasus korupsi itu, kini
telah dirumahkan.
Idiom adalah gabungan kata yang mempunyai makna
baru dan maknanya tidak dapat ditelusuri dari makna kata asalnya.
Contoh:
- Taiwan kini sedang menghadapi bahaya serangan
negeri tirai bambu.
B. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar
bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan
dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari terbentuk kata baru melalui unsur
serapan. Dari dalam bahasa indonesia terbentuk kata baru, misalnya daya serap,
daya tahan, serba tahu, serba kuat, tutup usia, lepas tangan, dan lain-lain.
Dari luar bahasa Indonesia kita kenal dengan kata pungut. Kata pungut adalah
kata yang diambil dari kata-kata asing. Kata pungut ada yang dipungut tanpa
diubah tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
disebut bentuk serapan.
Bentuk serapan itu ada empat macam.
1.
Kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: bank,
opname, golf.
2.
Kata yang disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh:
subject—subjek,
standard—standar, university—universitas.
3. Kata
yang diterjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa
Indonesia. Contoh: starting point—titik tolak, up to
date—mutakhir, meet the press—
jumpa pers.
4. Kata yang diambil tetap seperti aslinya
karena sifat keuniversalannya. Contoh: de
facto, status quo, cum laude, ad hoc.
5.
Kata yang
diserap dari bahasa daerah. Contoh: nyeri, gambut, timbel.
C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
a. Penanggalan
Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita diperbolehkan
dalam surat kabar. Namun, dalam teks berita awalan meng- harus dituliskan.
Contoh:
- Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik
(S)
- Jaksa Agung, Hendarman Supandji, periksa mantan
Presiden Soeharto (S)
b. Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata
yang berawalan ber- sering
menanggalkan awalan ber-. Padahal,
awalan ber- harus dieksplisitkan
secara jelas.
Contoh:
- sampai jumpa lagi (S)
- pendapat saya beda dengan pendapatnya (S)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata
dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/
tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
Contoh:
-Wakidi sedang menyuci mobil(S)
- Aku menyintaimu (S).
d. Bunyi /k/, /p/, /t/, dan /s/
yang berimbuhan meng-/peng-
Kata
dasar yang berawalan k, p, t, dan s sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi
sengau.
Contoh:
- Bangsa Indonesia mampu mengkikis
terorisme (S)
- Semua warganegara harus mentaati
peraturan yang berlaku(S)
e. Pemakaian akhiran –ir
pemakaian
akhiran –ir sangat produktif dalam
penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku,
untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Contoh:
akomodir—akomodasi
intimidir—intimidasi
f. Padanan yang tidak serasi
Karena
pemakaian bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraaan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak
serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung
dalam sebuah kalimat.
Contoh:
- karena modal di bank terbatas
sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit(S)
D. Kesalahan Diksi
Pada
kenyataannya tidak sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan
oleh penggunaan kata yang
tidak tepat. Di dalam penyusunan kalimat, diperlukan kecermatan dalam memilih
kata supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik.
Bidang pemilihan kata itu disebut juga diksi. Jadi, kesalahan diksi ini
meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata.
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan diksi.
a) Pemakaian Kata Tidak Tepat
Ada
beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari
atau daripada sering digunakan secara
tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut ini.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk
memperluas bidang usaha.
Kalimat
di atas seharusnya tanpa kata daripada karena
kata daripada digunakan untuk
membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan
itu lebih baik daripada tulisan saya.
Berikut contoh kalimat yang
masih terdapat juga pemakaian kata yang tidak tepat, seperti,
a)
Sebagian dari
kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu.
b)
Anak daripada keluarga yang berdisiplin
akan melahirkan generasi yang tangguh.
Perbaikan:
a)
Sebagian kekayaan pengusaha itu diserahkan
kepada yayasan yatim piatu.
b)
Anak keluarga yang berdisiplin akan
melahirkan generasi yang tangguh
b) Penggunaan Kata Berpasangan
Ada
sejumlah kata yang penggunaannya berpasangan (konjungsi relatif), sepert baik...maupun, bukan...melainkan, tidak...tetapi, antara...dan.... Berikut contoh
pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat.
a) Baik
pedagang ataupun konsumen masih menunggu
kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
b) Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami
kenaikan harga tetapi harga produk
yang menggunakan bahan baku impor.
c) Sebagian pedagang tidak menaikkan harga melainkan
menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan beberapa persen
kenaikan harga dapat dilakukan.
d) Antara
kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat
perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
Perbaikan
a) Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.
b) Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami
kenaikan harga, melainkan harga
produk yang menggunakan bahan baku impor.
c) Sebagian pedagang tidak menaikkan harga, tetapi
menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan bebrapa persen
kenaikan harga dapat dilakukan.
d) Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan
harga.
c) Penggunaan Dua Kata
Di
dalam kenyataannya terdapat penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang
lebih sama. Penggunaan dua kata secara serempak ini tidak efisien. Kata-kata
yang sering dipakai secara serempak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain adalah
merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama.
Berikut contoh kalimatnya.
a) Peningkatan mutu penggunaan bahasa
Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
b) Agar
supaya dapat mencapai
hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
c) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan
mutu sumber daya manusia kita demi untuk masa depan bangsa Indonesia.
Perbaikan
a1) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban kita semua.
a2) Peningkatan
mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan
kewajiban kita
semua.
b1) Agar dapat mencapai hasil yang baik,
marilah kita bermusyawarah dulu.
b2) Supaya dapat mencapai hasil yang baik,
marilah kita bermusyawarah dulu.
c1) Mulai
sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi
masa depan anak bangsa.
c2) Mulai
sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita untuk masa
depan anak bangsa.
d) Penghubung Antarkalimat dan Kata Maka
Kata
maka sering menyertai ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti sehubungan dengan
itu maka, oleh kerena itu maka, dengan demikian maka, dan setelah itu maka. Berikut contoh kalimatnya.
a) Sehubungan
dengan itu maka suatu
penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
b) Oleh
kerena itu maka perencanaan
penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
c) Dengan
demikian, maka rencana
yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
d) Jika
demikian, maka penelitian
tidak akan menemukan hambatan.
Contoh
kalimat-kalimat tersebut banyak terdapat dalam ragam bahasa lisan. Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan
dan digunakan tanda koma karena kata maka
tidak menyandang fungsi, atau unsur penghubung antarkalimat itu ditiadakan
sehingga kata maka menjadi penghubung
antarkalimat; dan susunan kalimatnya menjadi gramatikal.
Perbaikan
kalimat tersebut sebagai berikut.
a1) Sehubungan dengan itu,
suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
a2) Maka, suatu penelitian
harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
b1) Oleh karena itu,
perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
b2) Maka, perencanaan
penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
c1) Dengan demikian, rencana yang disusun dapat
dilaksanakan dengan baik.
c2) Maka, rencana yang disusun dapat
dilaksanakan dengan baik.
d1) Jika demikian, peneliti tidak akan
menemukan hambatan.
d2) Maka, peneliti tidak akan menemukan
hambatan.
Ungkapan
penghubung yang mengawali kalimat-kalimat itu adalah unsur penghubung yang
menyatakan pertalian dua kalimat seperti contoh berikut ini.
a.i)
Kebanyakan hasil penelitian tidak dapat diandalkan kerena terlampau luas
cakupan
analisisnya.
a1) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara
jelas
simpulannya
terandalkan.
a2) Maka,
suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya
terandalkan.
Kalimat (a1) dan kalimat (a2) merupakan
kelanjutan dari (a.i).
e) Peniadaan Preposisi
Dalam
penggunaan bahasa Indonesia, orang sering meniadakan unsur preposisi yang
menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba
intransitif. Berikut contohnya.
1. Mahasiswa di kelas ini terdiri 20 pria dan
25 wanita.
2. Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas
yang tersedia.
3. Penambahan daya tampung tergantung
fasilitas yang tersedia.
Verba
pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi
sehingga menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
Berikut perbaikan kalimatnya.
1. Mahasiswa di kelas ini terdiri dari 20 pria dan 25 wanita.
2. Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas yang tersedia.
3. Penambahan daya tampung tergantung pada fasilitas belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar