Kamis, 20 Desember 2012

Diksi


.Diksi atau Pilihan Kata

A. Pengertian Diksi
           
            Diksi adalah  pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan (Zaidan, Abdul Rozak et al, 2000:58). Sedikit sama dengan pengertian sebelumnya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) memandang diksi sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan hingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan) (2003:264). Kedua pengertian tersebut membimbing kita dalam memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata, yakni: (1) kata yang dipilih harus tepat. Hal ini dapat diartikan bahwa kata yang dipilih harus dapat mengungkapkan gagasan yang akan disampaikan; (2) kata yang dipilih lazim digunakan. Kelaziman penggunaan kata dalam suatu komunitas dan keadaan akan menghindarkan kata itu dari karancuan makna; (3) secara fisik, kata itu benar. Poin ini lebih menyorot kepada pembentukan kata itu sendiri. Apakah kata itu sudah sesuai dengan EYD, khususnya pada penggunaan unsur serapan. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam lisan maupun tulisan. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus. Kamus dapat memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, ketepatan makna yang diperlukan.
            Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan cepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata  harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata tersebut. Diksi juga berkaitan dengan makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna kata sebenarnya yang bersifat langsung dan lugas, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang tidak sebenarnya yang bersifat tidak langsung, implisit, ambigu, dan menyiratkan nilai rasa.

Misalnya
Kata kursi, makna denotasinya tempat duduk, makna konotasinya jabatan.
Tempat basah, makna denotasinya pengairan, sungai, atau laut, makna konotasinya jabatan yang relatif mudah mendatangkan uang.
Selain penggunaan makna denotasi dan konotasi, pilihan kata juga perlu menggunakan kata-kata tertentu yang maknanya umum dan kata-kata tertentu yang maknanya khusus. Kata umum adalah kata yang banyak diterapkan untuk berbagai hal yang maknanya mencakupi keseluruhan hal yang bersangkutan. Sedangkan kata khusus adalah kata yang diterapkan untuk hal tertentu yang maknanya mengacu hanya pada hal yang bersangkutan. Selain itu, diksi juga menyangkut pilihan kata yang maknanya sinonim, homonim, ungkapan, dan idiom. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan dan ucapanya berbeda, tetapi maknanya sama. Homonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan dan ucapannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
- Dalam hierarki jabatan struktural di universitas kedudukan ketua jurusan berada di bawah dekan
- penonton dibuat tegang ketika dalam kedudukan 14-13.
Ungkapan adalah kata bentukan baru atau gabungan kata yang mempunyai makna baru.
Contoh:
- pejabat yang terlibat kasus korupsi itu, kini telah dirumahkan.
Idiom adalah gabungan kata yang mempunyai makna baru dan maknanya tidak dapat ditelusuri dari makna kata asalnya.
Contoh:
- Taiwan kini sedang menghadapi bahaya serangan negeri tirai bambu.

B. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa indonesia terbentuk kata baru, misalnya daya serap, daya tahan, serba tahu, serba kuat, tutup usia, lepas tangan, dan lain-lain. Dari luar bahasa Indonesia kita kenal dengan kata pungut. Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Kata pungut ada yang dipungut tanpa diubah tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
Bentuk serapan itu ada empat macam.
1.  Kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: bank, opname, golf.
2.  Kata yang disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: subject—subjek,
     standard—standar, university—universitas.
3.   Kata yang diterjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa   
      Indonesia. Contoh: starting point—titik tolak, up to date—mutakhir, meet the press—
      jumpa pers.
4.   Kata yang diambil tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Contoh: de
      facto, status quo, cum laude, ad hoc.
5.      Kata yang diserap dari bahasa daerah. Contoh: nyeri, gambut, timbel.

C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
a. Penanggalan Awalan meng-
            Penanggalan awalan meng- pada judul berita diperbolehkan dalam surat kabar. Namun, dalam teks berita awalan meng- harus dituliskan.
Contoh:
- Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik (S)
- Jaksa Agung, Hendarman Supandji, periksa mantan Presiden Soeharto (S)

b. Penanggalan Awalan ber-
            Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas.
Contoh:
- sampai jumpa lagi (S)
- pendapat saya beda dengan pendapatnya (S)



c. Peluluhan bunyi /c/
            Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
Contoh:
-Wakidi sedang menyuci mobil(S)
- Aku menyintaimu (S).

d. Bunyi /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang berimbuhan meng-/peng-
            Kata dasar yang berawalan k, p, t, dan s sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
- Bangsa Indonesia mampu mengkikis terorisme (S)
- Semua warganegara harus mentaati peraturan yang berlaku(S)

e. Pemakaian akhiran –ir
            pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Contoh:
akomodir—akomodasi
intimidir—intimidasi

f. Padanan yang tidak serasi
            Karena pemakaian bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraaan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
- karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit(S)

D. Kesalahan Diksi
            Pada kenyataannya tidak sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata yang tidak tepat. Di dalam penyusunan kalimat, diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Bidang pemilihan kata itu disebut juga diksi. Jadi, kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata. Berikut dikemukakan beberapa kesalahan diksi.
a) Pemakaian Kata Tidak Tepat
            Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut ini.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas bidang     usaha.
            Kalimat di atas seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya.
Berikut contoh kalimat yang masih terdapat juga pemakaian kata yang tidak tepat, seperti,
a)      Sebagian dari kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu.
b)      Anak daripada keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
Perbaikan:
a)      Sebagian kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu.
b)      Anak keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh
b) Penggunaan Kata Berpasangan
            Ada sejumlah kata yang penggunaannya berpasangan (konjungsi relatif), sepert baik...maupun, bukan...melainkan, tidak...tetapi, antara...dan.... Berikut contoh pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat.
a)      Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
b)      Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan harga tetapi harga produk yang menggunakan bahan baku impor.
c)      Sebagian pedagang tidak menaikkan harga melainkan menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan beberapa persen kenaikan harga dapat dilakukan.
d)     Antara kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
Perbaikan                                                                                   
a)      Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
b)      Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami kenaikan harga, melainkan harga produk yang menggunakan bahan baku impor.
c)      Sebagian pedagang tidak menaikkan harga, tetapi menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan bebrapa persen kenaikan harga dapat dilakukan.
d)     Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
c) Penggunaan Dua Kata
            Di dalam kenyataannya terdapat penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Penggunaan dua kata secara serempak ini tidak efisien. Kata-kata yang sering dipakai secara serempak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain  adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama.
 Berikut contoh kalimatnya.
a)      Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
b)      Agar supaya dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
c)      Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi untuk masa depan bangsa Indonesia.
Perbaikan           
a1)  Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban kita semua.
a2) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan kewajiban kita                semua.
b1) Agar dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
b2) Supaya dapat mencapai hasil yang baik, marilah kita bermusyawarah dulu.
c1) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi        masa depan anak bangsa.
c2) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita untuk        masa depan anak bangsa.
                                                            
d) Penghubung Antarkalimat dan Kata Maka
            Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh kerena itu maka, dengan demikian maka, dan setelah itu maka. Berikut contoh kalimatnya.
a)      Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
b)      Oleh kerena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
c)      Dengan demikian, maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
d)     Jika demikian, maka penelitian tidak akan menemukan hambatan.
Contoh kalimat-kalimat tersebut banyak terdapat dalam ragam bahasa lisan. Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan dan digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi, atau unsur penghubung antarkalimat itu ditiadakan sehingga kata maka menjadi penghubung antarkalimat; dan susunan kalimatnya menjadi gramatikal.
Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.
a1) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
a2) Maka, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
b1) Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
b2) Maka, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi     lapangan.
c1) Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
c2) Maka, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
d1) Jika demikian, peneliti tidak akan menemukan hambatan.
d2) Maka, peneliti tidak akan menemukan hambatan.
            Ungkapan penghubung yang mengawali kalimat-kalimat itu adalah unsur penghubung yang menyatakan pertalian dua kalimat seperti contoh berikut ini.
            a.i) Kebanyakan hasil penelitian tidak dapat diandalkan kerena terlampau luas                    cakupan analisisnya.
             a1) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas                    simpulannya terandalkan.
            a2) Maka, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya                   terandalkan.
            Kalimat (a1) dan kalimat (a2) merupakan kelanjutan dari (a.i).
e) Peniadaan Preposisi
            Dalam penggunaan bahasa Indonesia, orang sering meniadakan unsur preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba intransitif. Berikut contohnya.
1.      Mahasiswa di kelas ini terdiri 20 pria dan 25 wanita.
2.      Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas yang tersedia.
3.      Penambahan daya tampung tergantung fasilitas yang tersedia.
            Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi sehingga menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
Berikut perbaikan kalimatnya.
1.      Mahasiswa di kelas ini terdiri dari 20 pria dan 25 wanita.
2.      Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas yang tersedia.
3.      Penambahan daya tampung tergantung pada fasilitas belajar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar